hal dan dunia

Banyak hal yang dapat dilihat dari sekeliling kita. Kemandirian, kedewasaan dan ketelitian pribadi dapat dilihat dari apa yang telah kita jalankan selama ini.

Namaku Krisna, seorang anak yang berusia 18 tahun. Memang, pengalamanku tidak banyak. Bukan seseorang yang aktif dalam kegiatan berorganisasi dan dapat hampir tidak pernah mengikuti les ber-grup dengan sekolah lain (berarti CLAVIUS tidak termasuk yah =P). Namun, pengalaman yang tidak banyak ini bukan menjadi suatu kepastian bahwa aku adalah anak yang tidak tahu apa-apa. Lumayan banyak aku mengetahui tentang apa saja hal-hal di masyarakat yang termasuk kategori tanda kutip. Lewat internet, siaran radio tengah malam, teman-teman, televisi, dan sebagainya, aku mendapat berbagai informasi tersebut. Sayangnya, mengetahui informasi-informasi tersebut belum pasti bahwa aku dapat bertahan hidup di masyarakat.

Hari ini, sedikitnya aku mendapatkan pengalaman baru. Apa yang aku ketahui masih terlalu sedikit. Masyarakat ternyata jauh lebih berbeda dari apa yang aku kira. Aku bukan terlahir dari keluarga yang membiarkan anaknya begitu saja. Keluargaku memiliki cara tersendiri dalam mendidikku, meski kadang menurutku sendiri agak over-protective. Seolah-olah aku terbiasa untuk hidup nyaman. Memang, walau kata orang-orang bahwa aku itu mandiri, sebenarnya tidak juga. Yah, aku memang dapat mencuci piring, ngepel, cuci baju, masak, dan sebagainya, namun ternyata itu toh nantinya hanya menjadi suatu kemampuan yang paling dasar.

Hari ini aku pergi mencari tempat kos. Secara pada bulan September kuliah akan dimulai, aku mulai mencari-cari tempat kos yang cocok dengan-ku. Pertama-tama tempat kos yang ku dapat adalah tempat kos yang berada disebelah warnet dan rumah makan. Rumah makan bukan berarti sebuah restoran yang besar. Sang pemilik tempat kos ini memang sangat baik. Ia penjual pempek palembang (dia orang sana), di bagian atas dari tempat ia berjualan, ia menyewakan banyak kamar bagi mahasiswa/i. Tempatnya bagiku secara pribadi, suram dan agak kotor. Kamar yang pertama kali aku lihat berada didalam sebuah gang kecil yang gelap. Kamar itu pun jauh dari apa yang aku bayangkan. Kira-kira lebih kecil 4-5 kali lebi kecil dari kamarku. Mungkin ukurannya sekitar 2x3 meter. Tambah lagi kamar tersebut hanya terhubung dengan sebuah alat ventilasi sebagai sarana pertukaran udara. Untungnya kamar tersebut masi ada AC (memang aku mencari yang ber-AC).

Itu pilihan tempat kos yang pertama. Mungkin jadi pilihan yang terkahir. Kemudian, aku (dengan orang tua) mencari tempat kos yang lain. Akhirnya ketemu. Sebuah bangunan bertingkat yang dari tampak luarnya kurang lebih terlihat elegan. Namun, ternyata dalamnya tidak. Belum masuk kedalam kamar, di gangnya saja sudah tercium berbagai macam bau yang aneh-aneh. Serasa didalam salon. Ujung-ujungnya hanya meminta nomor telepon saja.

Akhirnya kita mencari tempat yang lain lagi. Beberapa jalan gang kecil ku lewati. Lalu menemukan sebuah tempat kos yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Pagarnya besar sekali. Di ketok dan dibel tidak ada yang menjawab. Akhirnya, aku buka pagarnya sendiri. Ketika masuk, ada dua perempuan muncul. Penjaga pintu?
Memang ternyata iya. Salah seorang dari mereka berkata 'disini hanya tempat kos buat mahasiswa kedokteran saja'. Entah napa, perkataan dia membuat aku diam sejenak. Setelahnya, aku menjelaskan bahwa aku memang akan memasuki kedokteran, barulah ia mengijinkan aku masuk. Suasananya berbeda. Itulah yang ku rasakan saat masuk kedalam gedung kos itu. Ku lihat kamar kosnya. Memang, tak seluas kamar pribadiku, tapi setidaknya itu yang paling lumayan dan kamar mandinya yang paling nyaman.

Ujung-ujungnya, ku putusan untuk menyewa tempat kos itu. Meski baru bilang ke pemiliknya saja yang kebetulan, ternyata pemiliknya kenal dengan orang tuaku. Selama aku mencari tempat kos, ada beberapa hal yang kudapatkan. Bertemu seorang perempuan yang menurutku agak nyentrik, tomboy. Mana lagi seorang perokok. (Mohon maaf bagi beberapa orang). Lalu bertemu dengan beberapa orang yang membuatku menjadi demikian kecilnya. Serasa-rasa aku seorang pemula dan hanya akan menjadi sebuah bahan tertawa.


Duniaku pasti akan berbeda sekali dengan apa yang sudah aku jalani. Hingga masa SMA aku terus berada dibawah naungan orang tua. Selepasnya, aku akan mulai hampir 100% berdiri sebagai mahkluk yang bebas. Bingung. Semoga saja dapat bertahan hidup. Namaku Krisna. Terima kasih telah membaca.

1 comment:

lizhijia said...

ya kris... emg ada bbrp tempat kos yg memilih mhsws kedokteran doang (hmm... privilege?) pertamanya yg pasti kepikiran, "kog diskriminasi banget sih? seakan2 kedokteran itu "high profile" sampek2 ini tempat kos cuman mau terima anak kedokteran."
tp, stlh usut punya usut, kl dulu sih tempat kos gw bilangnya (ngakunya sih gini, ga tau deh yg bener spt apa... hanya Tuhan dan dy yg tau), "iya... karena kl murid kedokteran, biasanya ga neko2. pagi brangkat ngampuz, organisasi, pulang bobo, blajar, mendekam di kamar. ga demo2 (kecuali emg masuk diakal) gitu2...
although not all medical students act like one, but generalization rules in this society.
btw... one tips: half-welcome to society where you would see the darker side of this world. ups and downs will happen more often than senior high. but all you have to do is open up your eyes and realize who cares for you and who doesn't.